Berdikari.co, Bandar Lampung - Komisi IV DPRD Bandar
Lampung akan memperketat pengawasan program Makan Bergizi Gratis (MBG) pasca
terjadinya keracunan massal yang menimpa siswa SD dan SMP di Kecamatan Sukabumi
beberapa waktu lalu.
Ketua
Komisi IV DPRD Bandar Lampung, Asroni Paslah, menegaskan pihaknya tidak ingin
insiden keracunan menu MBG terulang kembali.
“Pengawasan harus dilakukan secara ketat, mulai dari pemilihan
bahan baku hingga proses distribusi makanan. Kalau bahan baku tidak layak,
jangan sampai didistribusikan ke sekolah,” tegas Asroni, Senin (8/9/2025).
Dalam
waktu dekat, DPRD bersama organisasi perangkat daerah (OPD) terkait akan
melakukan monitoring ke 58 dapur MBG di Bandar Lampung. Monitoring dilakukan
dengan mengambil sampel makanan di lapangan untuk memastikan standar
operasional prosedur (SOP) dijalankan dengan benar.
“Kami ingin memastikan pelaksanaan MBG sesuai aturan. Jangan
sampai karena lalai justru membahayakan kesehatan anak-anak,” tegasnya.
Asroni
juga menyoroti temuan bakteri yang mencemari makanan harus ditangani serius.
“Bakteri bisa mati jika pemasakan dilakukan sempurna. Karena itu kami minta
proses pengolahan benar-benar diawasi agar tidak ada lagi makanan tercemar,”
ujarnya.
Ia menegaskan kualitas dan keamanan pangan harus menjadi
prioritas utama. “Program ini baik untuk masyarakat, maka harus dijaga
pelaksanaannya. Jangan sampai karena lemahnya pengawasan, manfaatnya justru
berubah jadi bencana,” katanya.
Sementara
itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bandar Lampung, Eka
Afriana, mengungkapkan pihaknya tidak dilibatkan dalam operasional MBG, namun
tetap melakukan pemantauan.
“Kami ditugaskan langsung oleh Wali Kota untuk mengawasi proses
MBG hingga ke sekolah. Jangan sampai kejadian serupa terulang. Kami juga
menyambut baik langkah Komisi IV DPRD yang mengumpulkan semua pihak untuk
mencari solusi terbaik demi anak-anak kita,” kata Eka.
Eka
menjelaskan, Disdikbud telah menugaskan lima orang pengawas di setiap sekolah
penerima MBG untuk memeriksa makanan sebelum dikonsumsi siswa.
“Selama ini kami tidak tahu kondisi dapur secara detail. Tetapi
setelah kejadian, kami langsung melakukan kunjungan. Kami yakin pengelola dapur
lebih memahami teknisnya, hanya saja OPD terkait harus dilibatkan penuh agar
pengawasan maksimal. Wali Kota juga sudah membentuk Satgas MBG,” ungkap Eka.
Menurut
Eka, saat ini terdapat 58 dapur yang melayani 910 sekolah. Dari sekitar 180
ribu siswa SD dan SMP di Bandar Lampung, baru 70.200 siswa yang menerima
program MBG.
Kepala
Dinas Kesehatan Bandar Lampung, Muhtadi Arsyad Temenggung, menambahkan pihaknya
tidak memiliki kewenangan menutup dapur MBG.
“Penutupan SPPG/MBG Tirtayasa adalah keputusan pengelola
sendiri. Secara formal kami juga belum menerima data resmi jumlah SPPG, dan
koordinasi penyelenggara dengan pemerintah daerah belum terbangun,” kata
Muhtadi.
Sementara
itu, Ketua Yayasan Amanah Barokah, Asri, menyampaikan permohonan maaf kepada
orang tua dan masyarakat atas insiden siswa keracunan menu MBG.
Asri mengatakan pihaknya telah menutup sementara dapur MBG sebagai langkah
pembenahan.
“Kami memperbaiki standar kebersihan lingkungan, menyiapkan SOP
yang mengacu pada ketentuan, serta merencanakan pelatihan tata boga dan gizi
bagi para relawan,” jelasnya.
Ke
depan, lanjut Asri, bahan maupun sampel makanan akan melalui uji laboratorium
sebelum distribusi. (*)