Berdikari.co,
Tanggamus - Aisah (55), seorang ibu dengan riwayat penyakit asma dan darah
tinggi, meninggal dunia dalam perjalanan ke RSUD Batin Mangunang usai ditandu
sejauh tiga kilometer.
Sejak
pagi buta, Kamis (11/9/2025), sejumlah warga Pedukuhan Waytuba, Pekon (Desa)
Sanggi Unggak, Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Kabupaten Tanggamus, bergotong
royong menandu Aisah dengan kain sarung yang dimasukkan pada sebatang bambu
menuju puskesmas untuk mendapatkan pengobatan.
Napas
para warga tampak terengah-engah, disertai wajah dan pakaian mereka yang basah
oleh tetesan air hujan. Jalan sepanjang tiga kilometer dengan tanjakan dan
turunan terjal harus mereka lalui. Berkali-kali warga terpeleset, kaki terbenam
lumpur, namun mereka tidak berhenti berusaha membawa Aisah sampai jalan besar.
“Jangankan
mobil, motor saja tidak bisa lewat. Kami hanya bisa menandu, berharap bisa
cepat sampai ke puskesmas,” tutur Marjan, kerabat korban dengan suara bergetar.
Sesampainya
di ujung jalan besar, tepatnya di SDN 1 Sanggi di Pedukuhan Bambu Kuning, tubuh
lemah Aisah akhirnya bisa dinaikkan ke dalam mobil ambulans yang sudah
menunggu. Warga sempat lega, berharap pertolongan medis bisa segera menyelamatkan
nyawa Aisah. Namun, kondisi Aisah yang semakin kritis membuat petugas puskesmas
harus merujuknya ke RSUD Batin Mangunang di Kota Agung.
Tragis,
di tengah perjalanan menuju RSUD Batin Mangunang, tepatnya di Kecamatan
Wonosobo, Aisah mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 08.00 WIB. Harapan
Aisah untuk mendapatkan pengobatan dan sembuh yang dibawa para warga sepanjang
perjalanan luruh seketika, berganti duka mendalam.
Peristiwa
ini menyisakan luka dan kekecewaan warga setempat. Selama puluhan tahun, jalan
yang menjadi akses utama mereka tak pernah diaspal. Perbaikan hanya dilakukan
secara swadaya dengan cor-coran seadanya. Kini, korban jiwa jatuh akibat
kondisi jalan yang tidak pernah tersentuh pembangunan.
“Kami
mohon kepada Bupati Tanggamus, Mohammad Saleh Asnawi, bangunlah jalan ini
minimal beton. Jangan sampai ada lagi korban meninggal hanya karena akses
menuju rumah sakit sulit dilalui,” ungkap Pulung, kerabat korban dengan mata
sembab.
Siang
harinya, jenazah Aisah dimakamkan di pemakaman setempat. Hujan rintik yang
masih turun seakan turut mengiringi kepergiannya. Tangis keluarga, tetangga,
dan kerabat yang mengiringi pemakaman Aisah menjadi saksi bisu bahwa sebuah
nyawa telah hilang di jalanan rusak yang tak kunjung mendapat perhatian. (*)