Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 08 Oktober 2025

Dana Transfer Daerah Pemkot Metro Dipangkas 161 Miliar

Oleh ADMIN

Berita
Wakil Walikota Metro, M. Rafieq Adi Pradana. Foto: Berdikari.co

Berdikari.co, Metro - Pemerintah pusat memotong dana transfer ke daerah (TKD) Pemerintah Kota (Pemkot) sebesar Rp161 miliar dalam APBD TA 2026. Hal ini terjadi dampak adanya kebijakan Purbaya Yudhi Sadewa yang memangkas TKD total sebesar Rp226 triliun.

"Sebelum penyesuaian, TKD Pemkot Metro dalam APBD TA 2026 berada di kisaran Rp665 miliar. Setelah pemangkasan, tinggal sekitar Rp504 miliar,” kata Wakil Walikota Metro, M. Rafieq Adi Pradana, Selasa (7/10/2025).

Rafieq membeberkan, pemotongan terbesar terjadi pada Dana Alokasi Umum (DAU) termasuk komponen DAU yang penggunaannya ditentukan oleh pusat, disusul DAK fisik dan sebagian Dana Bagi Hasil (DBH).

Menurut Rafieq, selama ini TKD menjadi tulang punggung pembiayaan pelayanan dasar di daerah, mulai dari gaji dan tunjangan ASN, program pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, air minum, sanitasi, hingga perumahan rakyat.  Selain itu, sebagian TKD juga menopang stabilisasi fiskal daerah dan insentif kinerja pelayanan publik.

“Dengan pemangkasan ini, ruang fiskal kita semakin sempit. Dampak langsungnya adalah pengetatan belanja wajib, penundaan proyek fisik, dan penurunan pagu OPD. Efek tidak langsungnya, kemampuan menjaga kualitas pelayanan publik dan kecepatan menurunkan kemiskinan serta pengangguran menjadi lebih menantang,” jelasnya.

Rafieq mengakui, risiko terhambatnya kegiatan pembangunan daerah memang tidak bisa dihindari, terutama proyek-proyek infrastruktur dasar dan peningkatan kapasitas layanan publik.

Namun demikian, lanjut Rafieq, Pemkot Metro berkomitmen agar Standar Pelayanan Minimal (SPM) tetap berjalan.

"Kami akan melakukan re-sequencing program dan fokus ke kegiatan berdampak besar bagi warga. Pembangunan tetap harus berlanjut, meski dengan penyesuaian strategi,” katanya.

Sebagai langkah mitigasi, Rafieq mengatakan Pemkot Metro menyiapkan paket strategi bertahan melalui kombinasi efisiensi, inovasi pendanaan, dan penguatan pendapatan asli daerah (PAD).

Ia mengungkapkan, langkah pertama adalah refocusing dan reprioritization belanja ke program dengan indikator kinerja utama (IKU) tinggi dan manfaat langsung bagi masyarakat. Pemkot Metro juga akan memperketat efisiensi belanja operasional serta memastikan prinsip value for money dalam seluruh pengadaan barang dan jasa.

Di sisi lain, lanjut dia, Pemkot Metro mengupayakan pendanaan alternatif dengan mengakses program kementerian/lembaga (K/L) tahun 2026 seperti hibah, barang/jasa, dan proyek penugasan balai.

“Pemkot Metro juga membuka peluang menggunakan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN), kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) skala kota, serta memanfaatkan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) BUMN untuk sarana sosial.

“PAD juga kita genjot, lewat intensifikasi PBB-P2, pajak penerangan jalan, dan retribusi daerah. Digitalisasi pajak akan dipercepat agar pendataan dan penagihan lebih transparan,” papar Rafieq.

Menurut Rafieq, pemangkasan TKD ini menjadi pengingat keras bagi banyak pemerintah daerah di Lampung yang masih memiliki ketergantungan tinggi terhadap TKD.

“Basis PAD kita sempit. Struktur ekonomi daerah masih didominasi sektor jasa dan perdagangan skala UMKM, sementara kewenangan penetapan tarif dan objek pajak banyak diatur pusat,” jelasnya.

Ia melanjutkan, faktor lain yang memperlemah kemandirian fiskal daerah adalah belanja pegawai yang besar serta keterbatasan aset produktif yang bisa dimonetisasi.

“Akibatnya, porsi PAD terhadap total pendapatan daerah belum cukup menopang pembangunan tanpa TKD,” ujarnya.

Untuk memperkuat daya tahan fiskal, sambung Rafieq, Pemkot Metro akan mendorong PAD berkualitas dan berkelanjutan. Caranya dengan memperbaiki pendataan objek pajak, menutup celah kebocoran, memperluas basis pajak, serta mengoptimalkan aset daerah melalui sertifikasi, kerjasama pemanfaatan atau sewa jangka panjang.

Selain itu, kata dia, Pemkot Metro akan lebih agresif masuk ke program K/L berbasis data dan IKU, memanfaatkan peluang hibah barang/jasa dan proyek nasional yang bisa didelegasikan ke daerah.

"Di sektor pembiayaan, Pemkot Metro menargetkan penggunaan SBSN untuk rumah sakit dan air minum, PHLN untuk proyek air limbah dan transportasi, serta KPBU untuk infrastruktur layanan dasar," paparnya.

Menurutnya, belanja daerah juga akan lebih tajam melalui portofolio manajemen proyek, zero-based review untuk kegiatan rutin, serta benefit tracking untuk memastikan setiap proyek memberi dampak nyata.

"Kuncinya kolaborasi, kita perlu libatkan TJSL BUMN, dunia usaha lokal, dan komunitas untuk mendukung program sosial-lingkungan seperti bank sampah, ruang terbuka hijau, hingga internet publik. Dengan strategi ini, kita tetap bisa menjaga arah pembangunan meski fiskal kita dipangkas," bebernya.

Ia mengungkapkan, pemangkasan Rp161 miliar dalam TKD 2026 menjadi tantangan besar bagi Pemkot Metro untuk menjaga keseimbangan antara keberlanjutan fiskal dan kualitas pelayanan publik.

Namun, sambung dia, dengan langkah refocusing, efisiensi, serta diversifikasi sumber pembiayaan, Pemkot Metro berupaya mengubah krisis menjadi momentum reformasi fiskal daerah.

“Bagi kami, keterbatasan bukan alasan untuk berhenti membangun. Tapi panggilan untuk berinovasi,” tandas Rafieq.  (*)

Editor Sigit Pamungkas