Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Kamis, 09 Oktober 2025

Satgas MBG Kota Metro Temukan Darah di Freezer hingga Makanan Terkontaminasi Bakteri E. Coli

Oleh Redaksi

Berita
Ketua Satgas MBG Kota Metro, Wahyuningsih. Foto: Ist.

Berdikari.co, Bandar Lampung - Satuan Tugas (Satgas) Makan Bergizi Gratis (MBG) Kota Metro menemukan genangan darah di freezer hingga makanan terkontaminasi bakteri E. coli di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG.

Ketua Satgas MBG Kota Metro, Wahyuningsih, mengatakan dalam hasil audit lintas lokasi, tim menemukan ketidaktertiban dokumen legalitas pangan, lemahnya pengawasan suhu penyimpanan, buruknya sanitasi dapur, hingga kasus luar biasa (KLB) akibat kontaminasi bakteri E. coli dan Bacillus cereus pada makanan.

Wahyuningsih menjelaskan bahwa evaluasi kali ini bukan hanya bersifat administratif, tetapi juga menyentuh aspek fundamental keamanan pangan yang berpotensi mempengaruhi kesehatan anak-anak penerima manfaat.

“Kami menemukan sejumlah pelanggaran dan kelemahan sistem yang perlu segera diperbaiki. Ada dapur yang freezer-nya tergenang darah, pencatatan suhu tak dilakukan, bahkan di satu lokasi ditemukan bakteri E. coli pada makanan siap santap,” kata Wahyuningsih, Rabu (8/10/2025).

Wahyuningsih membeberkan, ada 10 titik kelemahan dalam pelaksanaan program MBG di Metro, mulai dari legalitas pangan hingga pengelolaan limbah jelantah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan lintas SPPG, Satgas MBG mencatat sepuluh masalah utama yang perlu segera diperbaiki secara menyeluruh.

Yakni, masih ditemukan produk PSAT tanpa izin edar (PD/PDUK) dan catatan asal lot yang belum tertib, serta sejumlah dapur belum memiliki dokumen resmi NKV dan sertifikasi halal untuk produk daging, ayam, ikan, dan telur segar.

Kemudian, banyak freezer dan chiller tanpa pencatatan suhu rutin. Bahkan, beberapa dapur mencampur bahan mentah dengan makanan olahan di tempat yang sama.

Selain itu, masih ditemukan bahan pangan menempel di lantai dan dinding tanpa palet atau jarak aman penyimpanan.

Temuan paling kritis adalah beberapa dapur belum melakukan pencucian buah dan bahan pangan dengan standar yang benar, alat masak mentah dan matang bercampur, serta insect killer diletakkan berdekatan dengan kipas penuh debu.

Lebih parah lagi, Satgas MBG mencatat kejadian luar biasa (KLB), yakni ditemukan bakteri E. coli dan B. cereus pada makanan di SPPG Karangrejo.

Selanjutnya, sebagian besar instalasi pengolahan air limbah belum berfungsi optimal. Efluen limbah bahkan masih langsung dibuang ke drainase umum tanpa uji mutu.

Selain itu, banyak dapur MBG belum memiliki kerja sama resmi (MoU) dengan pihak berizin untuk pengelolaan sisa makanan dan minyak jelantah.

Temuan lainnya adalah masih digunakan tali rafia untuk mengikat wadah makanan (ompreng). Satgas mendorong penggunaan penjepit reusable yang lebih higienis dan ramah lingkungan.

Kemudian, dokumen seperti SOP, berita acara, dan izin pemasok belum diarsipkan secara elektronik untuk keperluan audit digital. Terakhir, Satgas MBG menemukan duplikasi nama sekolah dalam satu berkas data penerima manfaat yang dapat berakibat salah hitung dan alokasi anggaran.

“Dalam evaluasi kepatuhan, Satgas MBG juga merilis peringkat berdasarkan aspek sanitasi, legalitas, dan manajemen pangan. SPPG Margodadi 2 menempati posisi terbaik dengan pencatatan suhu ruang yang rapi dan pemisahan gudang kering-basah,” paparnya.

Ia melanjutkan, SPPG Karangrejo berada di posisi terendah dengan temuan paling berbahaya, yaitu kontaminasi bakteri E. coli dan Bacillus cereus, freezer tidak higienis, serta efluen limbah yang mencemari drainase lingkungan.

“Temuan di SPPG Karangrejo adalah alarm keras bagi seluruh SPPG. Kita bicara soal makanan yang dikonsumsi anak-anak setiap hari. Tidak boleh ada kompromi terhadap kebersihan dan keamanan,” tegas Wahyuningsih.

Ia menekankan bahwa perbaikan tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Pemkot Metro diharapkan menegakkan disiplin pengelolaan pangan mulai dari standar legalitas, prosedur higiene, hingga pengelolaan limbah dapur.

“Satgas juga menyarankan agar setiap SPPG melakukan uji kualitas air secara berkala, menyediakan log suhu elektronik, dan melatih petugas dapur terkait pemisahan bahan mentah dan matang,” terangnya.

“Ini bukan sekadar soal program berjalan atau tidak. Ini menyangkut keselamatan anak-anak dan kredibilitas pemerintah daerah dalam mengelola pangan publik,” lanjut Wahyuningsih.

Wahyuningsih berharap hasil audit ini bisa menjadi dasar bagi Pemkot Metro untuk melakukan penertiban dan pembinaan menyeluruh terhadap seluruh pengelola SPPG.

Menurutnya, temuan bakteri patogen dan sanitasi buruk dapat menjadi indikator bahwa rantai pengawasan MBG perlu diperkuat, baik di level kota maupun kecamatan.

“Satgas berencana melakukan evaluasi lanjutan dalam waktu dekat, sekaligus menilai tindak lanjut perbaikan oleh masing-masing SPPG. Jika dalam waktu tertentu masih ditemukan pelanggaran berat, rekomendasi penutupan sementara bisa diajukan,” tandasnya. (*)

Berita ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas, edisi Kamis 09 Oktober 2025 dengan judul “Satgas MBG Temukan Darah di Freezer hingga Makanan Terkontaminasi Bakteri E. Coli”

Editor Didik Tri Putra Jaya