Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 26 November 2025

Upwelling Kembali Muncul, Ribuan Ikan Mati Mendadak di Danau Ranau

Oleh Echa wahyudi

Berita
Ribuan ikan nila dan emas milik petani di kawasan Danau Ranau mati mendadak. Foto: Ist

Berdikari.co, Lampung Barat - Krisis kualitas air kembali melanda kawasan Danau Ranau, Kecamatan Lumbok Seminung. Ribuan ikan nila dan emas milik petani keramba mati mendadak sejak dua hari terakhir. Peristiwa yang mengganggu aktivitas budidaya ini paling terlihat pada Rabu (26/11/2025).

Kematian ikan diduga kuat dipicu fenomena upwelling, yaitu naiknya endapan sisa pakan dan kotoran dari dasar danau ke permukaan akibat perubahan struktur arus air. Kondisi itu menyebabkan kadar oksigen terlarut turun drastis, sehingga ikan tidak mampu bertahan.

Salah satu petani ikan nila, Erwin, mengatakan kematian ikan terjadi tiba-tiba dan dalam jumlah besar. “Matinya ikan-ikan itu diduga akibat upwelling, sisa-sisa pakan dan kotoran naik ke permukaan sehingga kadar oksigen berkurang. Ikan jadi tidak kuat,” ujarnya.

Ia menambahkan, sebagian kerambanya terhindar dari kejadian itu karena baru selesai panen. “Alhamdulillah kalau punya kami aman. Dari enam unit keramba, hanya beberapa yang terisi bibit ikan kecil karena saya baru panen,” jelasnya.

Menurut Erwin, petani yang terdampak langsung berupaya mengurangi dampak lanjutan dengan membersihkan keramba dan membuang ikan mati agar tidak memperburuk kualitas air. “Ikan yang mati langsung diangkut pakai karung dan dibuang supaya yang lain tidak ikut terdampak,” katanya.

Para petani juga berupaya menurunkan padat tebar dan membersihkan sisa pakan agar lingkungan keramba kembali stabil. Erwin berharap kondisi danau segera membaik agar budidaya bisa kembali berjalan normal.

Camat Lumbok Seminung, Rusfel Gultom, membenarkan adanya kematian ikan di sejumlah keramba. “Itu terjadi sejak dua hari terakhir. Hari ini baru terlihat lebih banyak ikan yang mati,” ujarnya.

Menurutnya, rendahnya kadar oksigen menjadi penyebab utama kematian massal ikan. “Menurut keterangan para peternak, itu akibat kekurangan oksigen. Kondisi airnya sedang tidak stabil,” kata Rusfel.

Ia menuturkan bahwa tidak semua keramba terdampak. Lokasi keramba yang berada lebih jauh dari bibir danau cenderung mengalami dampak lebih besar. “Tidak semua peternak mengalami kematian ikan. Ada beberapa yang terdampak, terutama yang kerambanya berada jauh dari bibir danau,” tuturnya.

Keramba yang paling terdampak berada di Teluk Tuba, Pekon Kagungan, yang memiliki kedalaman air lebih tinggi sehingga lebih rentan terhadap perubahan kualitas air.

Hingga kini, pemerintah kecamatan masih menunggu pendataan resmi untuk mengetahui total kerugian para petani. “Untuk kerugian belum bisa dipastikan karena masih didata,” ujarnya.

Rusfel memastikan pihaknya akan terus memantau kondisi perairan dan berkoordinasi dengan petani untuk mencegah dampak lanjutan. “Kami terus pantau agar tidak ada dampak lanjutan yang lebih besar,” tegasnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas