Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Selasa, 02 Desember 2025

Transformasi Media Cetak di Era Digitalisasi

Oleh ADMIN

Berita
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Lampung, Wirahadikusumah. Foto: Ist

Berdikari.co, Bandar Lampung - Transformasi media cetak menjadi sebuah keniscayaan seiring pesatnya perkembangan teknologi digital. Di tengah menurunnya oplah dan perubahan pola konsumsi informasi masyarakat, perusahaan pers harus menata ulang model bisnis agar tetap relevan dan mampu bersaing di era serba cepat.

Menurut Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Lampung, Wirahadikusumah, media cetak atau koran tengah berada di pusaran badai disrupsi digital yang mengancam keberlanjutan bisnis perusahaan pers.
Karena itu, kata Wira, sapaan akrab Wirahadikusumah, adaptasi menjadi satu-satunya jalan agar media cetak tetap eksis di tengah perubahan cepat ekosistem informasi.

“Perkembangan teknologi harus cepat dipelajari. Karena bukan yang kuat yang bertahan, tapi yang cepat beradaptasi itulah yang bertahan,” kata Wira, Selasa (2/12/2025).

Wira menyarankan, media cetak yang ingin terus hidup harus mampu menghadirkan konten yang lebih lengkap, akurat, dan mendalam dibandingkan media online.
Namun, lanjut Wira, adaptasi tidak berhenti pada sisi konten. Pola distribusi juga harus berubah, terutama dengan menjadikan media sosial sebagai mitra strategis untuk menjangkau audiens lebih luas.

“Media sosial jangan dianggap musuh, tetapi harus dimanfaatkan sebagai wahana distribusi pemasaran. Kita tidak boleh kalah dengan kemajuan zaman,” jelasnya.

Wira mengungkapkan, oplah media cetak di Lampung terus menurun. Bahkan, ada media yang hanya mencetak koran ketika ada kerja sama pemberitaan dengan instansi pemerintah.
“Koran hanyalah media penyampai informasi. Informasinya tidak akan pernah mati. Saya sering mengatakan, koran boleh mati, tapi jurnalistik tidak boleh mati,” tegas Wira.

Selain itu, saat ini media cetak juga tengah menghadapi tantangan kebijakan perpajakan yang masih menempatkan perusahaan pers pada kategori yang sama dengan perusahaan besar.
Wira menilai hal ini menambah beban operasional dan berpotensi berdampak pada kesejahteraan wartawan.

“Para pemilik perusahaan media merasakan pajak seakan menjadi penghalang bagi wartawan untuk terus bertahan. Tidak ada kesesuaian antara pendapatan perusahaan dengan kewajiban pajak yang harus dibayarkan kepada negara,” ujar Wira.

Wira menambahkan, pers merupakan pilar keempat demokrasi, sehingga kebijakan yang terlalu membebani dikhawatirkan dapat melemahkan keberlangsungan media.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung, Dian Wahyu, mengakui dalam beberapa tahun terakhir media cetak terus mengalami tren penurunan seiring bergesernya kebiasaan masyarakat yang kini lebih memilih mendapatkan informasi melalui media digital yang cepat dan mudah diakses.

Dian mengatakan, peralihan ke era digital memang tidak dapat dihindari. Banyak perusahaan media cetak kini mengurangi oplah, bahkan berhenti beroperasi.
“Ada yang awalnya mencetak 10 ribu eksemplar turun menjadi 5 ribu. Ada pula yang dari lima kali terbit seminggu menjadi hanya satu kali,” ungkap Dian, Selasa (2/12/2025).

Menurut Dian, kondisi media cetak secara umum memang sedang tidak baik. Namun demikian, media online juga memiliki tantangan tersendiri karena membutuhkan investasi besar pada teknologi, seperti biaya IT, hosting, serta pengembangan platform.

Ia menegaskan, transformasi dari media cetak ke media digital tidak sekadar memindahkan konten, tetapi membutuhkan perubahan strategi.
“Media online dirancang untuk menyajikan berita secara cepat, tetapi tetap harus visual, menarik, interaktif, dan tentu valid. Kecepatan tidak boleh mengorbankan akurasi,” katanya mengingatkan.

Selain itu, lanjut Dian, setiap media perlu menentukan karakter pemberitaannya, apakah ingin fokus pada konten investigasi, analisis, atau isu-isu daerah seperti Lampung. Hal ini penting agar sesuai dengan kebutuhan pembaca digital.

Dian menambahkan, media digital saat ini juga dituntut menambah variasi konten seperti infografis, podcast, live streaming, hingga penguatan media sosial. AJI mendorong pemanfaatan platform CMS agar proses kerja redaksi lebih efisien, didukung infrastruktur teknologi yang memadai serta pelatihan internal.

“Mindset media cetak dan media digital berbeda. Mulai dari CEO, cara kerja redaksi, hingga penyajian berita, harus menyesuaikan dengan kebutuhan pembaca digital. Penggunaan AI diperbolehkan, tetapi harus disertai disclaimer,” tegasnya.

Ia juga menyebut, kini banyak media yang mulai menerapkan sistem berlangganan, subscription, hingga membership seperti konten privat di platform video.

Dalam penyajian berita digital, peran editor dinilai sangat krusial. Reporter bertugas mengumpulkan informasi di lapangan, sementara editor meramu, menambah data, menentukan angle, serta memastikan berita lengkap, menarik, dan mudah dipahami.
“Editor berperan besar dalam meminimalkan misinformasi maupun hoaks. Pemilihan judul, sudut pandang, dan struktur berita sangat menentukan kualitas informasi,” ungkapnya.

Dian menerangkan, pembaca generasi muda kini lebih menyukai penyederhanaan informasi lewat analogi. Misalnya menjelaskan tinggi 40 meter dengan perbandingan gedung sepuluh lantai agar lebih mudah dibayangkan. Bahasa yang digunakan juga harus inklusif, tidak elitis, dan dapat dipahami pembaca umum.

“Tren koran elektronik atau koran digital juga semakin berkembang, karena dapat mengurangi penggunaan kertas yang harganya semakin mahal. AJI mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan pengurangan pajak kertas agar media cetak lebih berkelanjutan,” kata Dian.
“Produk digital seperti PDF harus dibuat dengan desain yang lebih menarik, tidak sekadar menyalin versi cetak. Transformasi harus terasa,” tegasnya.

Ia menilai, media digital membutuhkan investasi yang tidak sedikit, mulai dari penguatan tim IT, peningkatan kualitas grafis, tampilan mobile friendly, hingga penyediaan perangkat seperti gawai dan laptop.

Meski media digital terus berkembang pesat, ia mengakui sebagian masyarakat masih membutuhkan koran cetak, seperti kalangan pensiunan, instansi pemerintahan, hingga orang-orang yang masih terbiasa melakukan clipping manual.
“Media yang baik justru mampu menghadirkan dua produk sekaligus, yakni online yang cepat dan cetak yang tetap informatif,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Lampung, Donny Irawan, menegaskan pentingnya kualitas dalam setiap penyajian berita, baik di media cetak maupun media online.
Menurut Donny, media memiliki tanggung jawab besar untuk menghadirkan informasi yang akurat, berimbang, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Donny menjelaskan, tidak semua isu harus dimuat ke dalam media cetak, karena platform tersebut memiliki proses seleksi dan prioritas yang ketat.
“Kualitas dan update pemberitaan itu harus disesuaikan dengan kepentingan publik. Ada isu-isu tertentu yang perlu didahulukan agar pembaca mendapatkan informasi yang benar-benar mereka butuhkan,” ujar Donny, Selasa (2/12/2025).

Ia mencontohkan, ruang halaman media cetak terbatas, sehingga redaksi harus jeli menentukan berita mana yang memiliki nilai informasi tinggi, memberikan edukasi, serta berdampak langsung bagi masyarakat.
“Prioritas itu penting, supaya pembaca memahami konteks yang disampaikan. Beda dengan media online yang bisa memuat banyak berita setiap hari tanpa batasan halaman,” tambahnya.

Donny menilai, media cetak masih memiliki kepercayaan kuat di masyarakat. Menurutnya, media cetak dianggap sebagai sumber informasi yang lebih faktual dan bisa dipertanggungjawabkan karena melalui proses penyuntingan yang ketat dan berlapis.
“Sementara media online, bagi sebagian orang masih dianggap memiliki kekurangan dalam penyajiannya karena orientasinya kecepatan. Publik sering menilai berita online terlalu cepat naik sehingga ada potensi kekeliruan,” jelasnya.

Namun, sambung Donny, baik media cetak maupun online tetap memiliki peran penting dalam ekosistem informasi saat ini. Media online unggul dalam kecepatan dan jangkauan, sedangkan media cetak unggul dalam kedalaman dan kualitas.
“Keduanya diharapkan dapat saling melengkapi dalam memberikan informasi yang benar dan bermanfaat untuk masyarakat Lampung,” katanya.

Donny juga mendorong seluruh insan pers di Lampung untuk terus meningkatkan profesionalisme dan menjunjung tinggi kode etik jurnalistik di tengah arus informasi yang semakin cepat dan kompetitif.
“Yang terpenting adalah bagaimana media mampu menyajikan berita yang sesuai fakta, berimbang, dan bermanfaat. Karena pada akhirnya, kebutuhan publik lah yang menjadi prioritas utama,” pungkasnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas