Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 17 Desember 2025

Menu MBG SDN 2 Pasarmadang Tanggamus Diprotes

Oleh Sayuti

Berita
Penampakan menu MBG di SDN 2 Pasarmadang, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, hari Rabu (17/12/2025), Foto: Ist.

Berdikari.co, Tanggamus - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 2 Pasarmadang, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, memicu protes dari wali murid.

Paket MBG yang dibagikan Rabu (17/12/2025) dinilai minim gizi dan diduga tidak sepadan dengan anggaran Rp10.000 per anak per porsi.

Berdasarkan laporan orangtua, menu MBG hari itu hanya terdiri dari satu butir telur, satu buah jeruk, seporsi getuk dari singkong sebagai pengganti nasi, dan sebungkus kecil keripik tempe.

Makanan MBG itu tidak dikemas menggunakan omprengan tapi dikemas menggunakan mika, dengan dalih untuk dibawa pulang, bukan dikonsumsi di sekolah.

"Kalau dari gambar dan porsinya, paling modalnya Rp5.000. Tapi anggaran pemerintah Rp10.000 per anak. Sisanya Rp5.000 per porsi kemana?” ujar Amelia, salah satu orangtua murid, seperti dikutip dari kupastuntas.co.

Warga menyoroti besaran anggaran bila dikalikan jumlah penerima. Dengan estimasi 3.000 siswa, selisih Rp5.000 per anak bisa mencapai Rp15 juta per hari. Dalam sebulan, angka itu berpotensi mencapai sekitar Rp450 juta.

“Ini uang negara dan untuk anak-anak. Yang wajar-wajar sajalah, jangan sampai program ini jadi ladang bisnis,” kata Wahyudi, orang tua lainnya.

Berdasarkan analisis kasar, menu MBG hari itu tidak memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah. Satu butir telur menjadi sumber protein utama, sementara getuk singkong dan keripik tempe memberikan energi dan protein yang sangat terbatas.

"Jeruk hanya menambah vitamin C, tetapi menu ini tetap kekurangan sayur, susu, dan lauk lain yang penting untuk pertumbuhan," kata Nia, ahli gizi di Kotaagung.

Nia mengatakan, pedoman Kementerian Kesehatan menekankan bahwa MBG harus memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, sayur, buah, serta mikronutrien lain agar mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Menu yang diberikan di SDN 2 Pasarmadang dinilai jauh dari prinsip tersebut," tegasnya.

Menu MBG seharusnya disusun agar memenuhi kebutuhan gizi harian anak, misalnya, Karbohidrat : nasi, singkong, ubi, atau roti; Protein: telur, tahu, tempe, ayam, ikan, atau kacang-kacangan.

Lalu, Sayur: bayam, kangkung, wortel, labu, atau sayuran lokal lainnya. Buah: jeruk, pisang, pepaya, apel, atau mangga. Dan susu atau produk olahan susu: untuk kalsium dan vitamin D.

"Menu seperti ini dapat disiapkan dengan efisien jika pengadaan dilakukan transparan dan porsi disesuaikan dengan kebutuhan anak," kata seorang staf Dinas Kesehatan yang enggan dituliskan namanya.

Orangtua dan warga menuntut pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, serta aparat pengawas melakukan audit menyeluruh terhadap program MBG.

Mereka meminta keterbukaan terkait pengadaan bahan makanan, porsi per anak, dan penggunaan anggaran.

“Kalau terbukti ada penyalahgunaan atau manipulasi anggaran, aparat hukum harus menindak tegas,” kata Marlina, orang tua lainnya.

Program MBG bertujuan memastikan anak tetap bergizi dan siap belajar. Namun jika menu minim gizi dan ada ketidaksesuaian antara anggaran dan nilai riil makanan, warga menilai program tersebut justru bisa merugikan anak-anak dan kehilangan tujuan awalnya.

Investigasi ini menyoroti perlunya pengawasan ketat, transparansi anggaran, dan menu yang benar-benar memenuhi kebutuhan gizi anak, agar program MBG tidak sekadar simbol bantuan tetapi benar-benar berdampak bagi tumbuh kembang generasi muda.

Hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah maupun dinas terkait belum memberikan keterangan resmi mengenai mekanisme pengadaan maupun standar gizi MBG. (*)

Editor Didik Tri Putra Jaya