Berdikari.co, Tanggamus - Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Muhammadiyah Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, menuai kritik dari orang tua siswa. Sorotan tidak hanya tertuju pada kandungan gizi menu yang dinilai minim, tetapi juga pada pola pembagian makanan yang diberikan sekaligus untuk jatah tiga hari.
Pada Kamis (18/12/2025), siswa menerima paket MBG untuk konsumsi Kamis, Jumat, dan Sabtu dalam satu waktu. Seluruh makanan dibagikan menggunakan kantong plastik dan diminta untuk dibawa pulang serta dikonsumsi di rumah, sehingga siswa tidak makan bersama di lingkungan sekolah.
Menu MBG yang diterima siswa terdiri dari satu bungkus kecil roti Regal, dua roti isi, dua potong kue basah, empat butir telur burung puyuh, lima buah lengkeng, serta satu sachet susu instan.
Sejumlah siswa membenarkan pembagian makanan dilakukan sekaligus. “Katanya jatah tiga hari, jadi dibaginya Kamis semua,” ujar Rina, salah seorang siswa, Jumat (19/12/2025).
Kondisi tersebut memicu kekecewaan para orang tua. Mereka menilai menu yang diberikan lebih menyerupai jajanan ringan ketimbang asupan gizi seimbang yang dibutuhkan anak usia sekolah menengah pertama.
“Kalau seperti ini, jujur saja, ini bukan makan bergizi. Ini jajan. Anak saya pulang cuma bawa roti, kue, telur puyuh empat butir. Itu mau dibagi tiga hari, apa cukup?” ujar R (43), orang tua siswa kelas VIII.
Orang tua lainnya, S (38), juga mempertanyakan komposisi menu yang dinilai tidak lengkap. “Tidak ada nasi, tidak ada ikan, tidak ada sayur. Anak-anak SMP itu butuh tenaga, bukan cuma roti dan kue manis,” katanya.
Selain menu, mekanisme pembagian MBG sekaligus untuk tiga hari dinilai tidak efektif. Para orang tua khawatir makanan tersebut habis dikonsumsi dalam satu hari dan tidak sesuai tujuan program.
“Namanya anak-anak, dikasih roti dan kue ya langsung dimakan hari itu juga. Besoknya apa? Programnya jadi tidak tepat sasaran,” ujar seorang wali murid lainnya.
Seorang guru SMP Muhammadiyah Kotaagung yang enggan disebutkan namanya menyebut pola pembagian dan jenis menu tersebut belum mencerminkan konsep makan bergizi seimbang. “Anak-anak SMP butuh asupan yang lebih dari sekadar makanan ringan. Kami berharap ke depan ada perbaikan menu dan pola pembagiannya,” ujarnya.
Berdasarkan estimasi analisis gizi mengacu pada standar komposisi pangan Indonesia, total energi dari satu paket MBG diperkirakan sekitar 780 kilokalori. Jika dibagi untuk tiga hari, asupan energi siswa hanya sekitar 260 kilokalori per hari, jauh di bawah kebutuhan anak SMP yang berkisar antara 1.800 hingga 2.200 kilokalori per hari. Bahkan untuk satu kali makan di sekolah, kebutuhan idealnya berada pada kisaran 600–700 kilokalori.
Kandungan protein juga dinilai sangat rendah. Total protein dari satu paket diperkirakan hanya sekitar 17–19 gram. Jika dibagi tiga hari, asupan protein harian siswa hanya sekitar 6 gram, sementara kebutuhan protein anak SMP mencapai 40–60 gram per hari.
“Kalau cuma telur puyuh empat butir untuk tiga hari, itu lebih ke simbolis. Tidak cukup untuk kebutuhan protein anak,” kata seorang orang tua siswa.
Selain kandungan gizi, penggunaan kantong plastik sebagai wadah makanan turut menjadi sorotan. “Kalau memang program nasional, seharusnya ada standar. Masa makanan anak dibagi pakai kresek dan disuruh disimpan di rumah?” ujar R.
Para orang tua berharap MBG dibagikan setiap hari sekolah agar manfaatnya benar-benar dirasakan siswa, baik dari sisi kesehatan maupun konsentrasi belajar. Mereka juga meminta pemerintah daerah dan dinas terkait segera melakukan evaluasi menyeluruh.
“Programnya bagus, tapi pelaksanaannya jangan asal. Ini menyangkut kesehatan anak-anak kami,” ujar seorang wali murid.
Hingga berita ini diturunkan, instansi terkait di Kabupaten Tanggamus belum memberikan keterangan resmi mengenai alasan pembagian MBG untuk tiga hari sekaligus, komposisi menu, maupun standar gizi yang digunakan. (*)

berdikari









